Pengertian, Tujuan dan Instrumen Asesmen Awal Pembelajaran

Tujuan dan Instrumen dan Langkah-langkah Asesmen Awal Pembelajaran


Tujuan dan Instrumen dan Langkah-langkah Asesmen Awal Pembelajaran. Guru perlu merancang asesmen yang dilaksanakan pada awal pembelajaran, pada saat pembelajaran, dan pada akhir pembelajaran. Perencanaan asesmen, terutama pada asesmen awal pembelajaran sangat perlu dilakukan karena untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik, dan hasilnya digunakan untuk merancang pembelajaran yang sesuai dengan tahap capaian peserta didik.

 

Seperti Bapak/ Ibu guru ketahui, kemampuan dan keterampilan siswa di dalam sebuah kelas berbeda-beda. Ada yang lebih cepat paham dalam topik tertentu, namun ada juga yang membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami topik tersebut. Fungsi dari asesmen awal adalah untuk membantu guru untuk mengetahui potensi peserta didik karena awalnya mereka “tidak mengetahuinya” (Jensen, 2005). Hal ini disebabkan seorang siswa yang cepat paham dalam satu topik, belum tentu cepat paham dalam topik lainnya. Asesmen awal memetakan kemampuan semua siswa di kelas secara cepat, untuk mengetahui siapa saja yang sudah paham, siapa saja yang agak paham, dan siapa saja yang belum paham. Dengan demikian Bapak/ Ibu guru dapat menyesuaikan materi pembelajaran dengan kemampuan siswa.

 

Pengertian Asesmen awal pembelajaran adalah bagian yang penting dalam proses pembelajaran dan memegang peran yang strategis dalam kurikulum Merdeka. Asesmen ini dilakukan sebelum pelaksanaan pembelajaran secara formal dan bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan dan potensi siswa dalam memahami materi. penilaian awal mendukung untuk mengidentifikasi kemampuan individu, untuk membedakan strategi pembelajaran, dengan harapan dapat membuat peserta didik bekerja dalam kolaborasi, dan untuk mencapai tujuan pembelajaran (Tomlinson, 2003). Asesmen ini dapat dilakukan dengan berbagai metode, seperti tes tertulis, observasi, wawancara, atau diskusi kelompok, dan guru memegang peran penting dalam memilih metode yang tepat. Asesmen awal sangat bermanfaat bagi guru dalam menentukan arah pembelajaran dan menyesuaikan materi yang diajarkan dengan tingkat kemampuan siswa. Hasil asesmen memberikan dasar kepada guru untuk menetapkan perlakuan atau strategi yang tepat kepada masing-masing siswa. Selain itu Bapak/Ibu Guru dapat mempersiapkan untuk merencanakan sebelum pembelajaran dengan konsep materi yang diperlukan dan sangat penting untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan yang ditemukan di antara beragam peserta didik (Gregory & Chapman, 2002). Selanjutnya Bapak/Ibu Guru dapat melakukan Remedial atau pengayaan yang dilakukan sebagai tindak lanjut hasil asesmen merupakan upaya untuk memastikan tidak ada siswa yang tertinggal atau dirugikan.

 

Asesmen awal pembelajaran juga membantu guru untuk menentukan apakah siswa membutuhkan bantuan tambahan dalam memahami materi. Guru dapat memberikan bantuan tambahan bagi siswa yang membutuhkan dengan cara yang tepat dan efektif. Ini juga membantu guru untuk menentukan apakah siswa memerlukan bantuan dari orang lain seperti tutor atau bimbingan belajar (Direktur KSKK Madrasah 2022). Namun, perlu diingat bahwa penilaian awal pembelajaran bukanlah penilaian akhir. Assesment ini hanya merupakan langkah awal dalam proses pembelajaran dan bukanlah penentu keberhasilan siswa dalam memahami materi. Penilaian akhir akan dilakukan setelah pelaksanaan pembelajaran formal selesai dan akan menentukan sejauh mana siswa telah memahami materi yang diajarkan. Penilaian akhir dapat berupa tes tertulis, presentasi, atau proyek yang membutuhkan siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama proses pembelajaran. Dalam kurikulum Merdeka, Asesmen awal pembelajaran memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan sukses atau kegagalan siswa dalam memahami materi. Oleh karena itu, guru harus memastikan bahwa penilaian awal dilakukan dengan benar dan efektif sehingga siswa dapat memahami materi dengan baik dan mencapai tujuan pembelajaran.

 

Apa Tujuan Asesmen Awal Pembelajaran ? Tujuan utama dari asesmen awal pembelajaran adalah untuk membantu guru untuk mengetahui peserta didik dan menjembatani kesenjangan antara muatan materi yang dipelajari dan yang akan dipelajari peserta didik. Selain itu, Asesmen awal bertujuan untuk mengidentifikasi kesiapan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditargetkan (Direktur KSKK Madrasah 2022). Hasilnya digunakan pendidik sebagai rujukan dalam merencanakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan tahap capaian pembelajaran peserta didik..

 

Apa Manfaat Melaksanakan Asesmen Awal Pembelajaran ? Manfaat Asesmen awal tentunya untuk Bapak/Ibu guru dapat memberikan gambaran yang jelas gagasan tentang kesiapan peserta didik, minat, keterampilan yang ada, dll. Bapak/Ibu guru juga dapat memilih rencana yang dimodifikasi menurut analisis asesmen awal. Metode dan prosedur instruksional harus diadaptasi sebagai strategi untuk memaksimalkan pembelajaran dengan melakukan penyesuaian sesuai dengan kebutuhan. Tomlinson dan McTighe (2006) menjelaskan bahwa hal tersebut membantu kesiapan guru dalam memberikan wawasan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap lebih beragam. Wawasan ini sangat penting untuk merencanakan yang berbeda dalam hal:

·               Pengajaran untuk memenuhi kebutuhan yang beragam.

·               Kebutuhan belajar peserta diidentifikasi

·               Kapasitas belajar peserta diukur

·               Minat peserta diukur

·               Pengetahuan awal peserta dinilai/diuji

·               Pelajar mencapai target dengan bekerja dalam kelompok fleksibel

·               Rencana pelajaran: preferensi belajar peserta dipertimbangkan

·               Tugas berbeda ditugaskan untuk menyalakan banyak kapasitas

·               Kelas kemampuan campuran: keterlibatan yang setara dalam tugas yang berhormat

·               Profil peserta diperbarui/ pertumbuhan dicatat

·               Penyesuaian dilakukan menurut kesiapan peserta didik

·               Keterampilan mengajar: tantangan dan pilihan dibuat dengan hati-hati (Tomlinson dan McTighe: 2006).

 

Kemampuan siswa di dalam kelas beragam, hal ini menjadi tersendiri bagi guru untuk dapat memetakannya. Gambaran tersebut dapat dilihat dalam pembelajaran yang beragam terdapat “individu yang unik”, memiliki jumlah siswa dalam kelompok dan pengalaman belajar yang berbeda. Keragaman siswa tersebut menjadi tantangan bagi guru di dalam proses pembelajaran di kelas bersama siswa (Banks et al., 2005). Semua individu yang berbeda dan perbedaan belajar memerlukan perbedaan cara mengajar untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa (Hidri, 2018b; Tomlinson & Imbeau, 2010).

 

Keanekaragaman pada siswa dapat memberikan banyak manfaat bagi peserta didik dengan kesempatan untuk berkolaborasi, bergabung dalam pengalaman belajar, dan mendapatkan manfaat bersama dengan menempatkan lebih banyak ide bersama-sama untuk “berfikir” dan mengeksplorasi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran bersama (Csikszentmihalyi, 1990). Oleh karena itu Asesmen awal dapat berfungsi sebagai alat multiguna untuk mengukur kesiapan, pengembangan, minat, atau preferensi belajar (Tomlinson, 2013). Kesiapan peserta didik dapat diukur melalui asesmen awal untuk menyesuaikan pola instruksional dalam melakukan pembelajaran efektif dan cocok untuk peserta didik dengan kemampuan campuran. Dalam kaitannya dengan pendekatan konstruktivis, teori diferensiasi lebih lanjut mendorong konsep materi pembelajaran melalui konten, proses, dan produk yang berbeda (Tomlinson, 2003, 2005). Guru dapat menggunakan pendekatan untuk mengetahui kesiapan peserta didik dengan mengakomodasi perbedaan dengan konsep yang akan diajarkan. Jadi, keragaman itu menantang dan menguntungkan bagi keduanya guru maupun peserta didik. Bapak/Ibu Guru, dapat membuat penyesuaian dalam teknik pengajaran agar sesuai dengan keragaman peserta didik. Kebutuhan. Ini menjadi pengalaman yang sukses ketika semua peserta didik terlibat dalam proses pembelajaran.

 

Ragam Peserta Didik (Kesiapan Belajar, Minat dan Gaya Belajar)

Pada kelas yang menerapkan pembelajaran diferensiasi, kita harus berpikir bahwa siswa memiliki kebutuhan belajar yang beragam dan berbeda satu dengan yang lainnya. Guru harus proaktif menemukan dan melakukan perencanaan dengan berbagai cara untuk bisa mengekspresikan bagaimana siswanya bisa belajar (Direktur KSKK Madrasah 2022). Guru akan bisa merencanakan cara bagaimana siswa belajar dengan melakukan asesmen terlebih dahulu berdasarkan tingkat kesiapan siswa, ketertarikan dan gaya belajar dari setiap siswanya tersebut. Siswa di dalam kelas akan mempunyai karakteristik yang berbeda, yang mungkin akan mengindikasikan dalam kebutuhan modifikasi kurikulum dan pembelajaran. Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa siswa akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika:

 

Tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan Tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar/Gaya belajar).

 

Adapun penjelasan mengenai ketiga hal yang akan dilakukan asesmen adalah:

a) Readiness (Kesiapan belajar)

Menurut James Drever dalam (Slameto; 1995) kesiapan atau readiness adalah preparedness to respond or react atau kesiapan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesiapan itu timbul dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melakukan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik (Zulkarnain, 2010, hal. 19). Menurut Slameto (1995:113) mengemukakan kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon/jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh atau kecenderungan untuk memberi respon. Sehingga Siswa yang memiliki kesiapan untuk belajar suatu hal yang mana sudah mempunyai pengetahuan mengenai apa yang akan dipelajari, memahaminya dan memiliki keterampilan yang bagus, dipastikan akan sukses dan bisa mencapai tugas yang diberikan. Lain halnya bagi siswa yang belum memahami apa yang akan mereka pelajari, maka mereka akan menjadi murid yang sulit dalam mempelajari tema/topik pembelajaran dan mungkin akan frustasi karena tidak bisa menyelesaikan tugas dengan baik.

 

Kondisi siswa yang siap menerima pelajaran dari guru akan berusaha merespon atas pertanyaan–pertanyaan yang diberikan oleh guru untuk dapat memberikan jawaban yang benar tentunya siswa harus mempunyai pengetahuan dengan cara membaca dan mempelajari materi yang akan diajarkan oleh guru. Dalam mempelajari materi tentunya siswa harus mempunyai buku pelajaran, baik berupa paket dari sekolah maupun buku– buku penunjang lainnya yang masih relevan digunakan sebagai acuan untuk belajar (Effendi 2017). Dengan adanya kesiapan belajar siswa akan termotivasi untuk mengoptimalkan hasil belajarnya.

 

Pemahaman dalam belajar akan lebih bagus apabila tingkat kesulitan yang diberikan sedikit lebih tinggi dari level pengetahuan, pemahaman dan keterampilan sebelumnya (Westri Andini 2016). Hal tersebut akan membantu dalam menghubungkan pengetahuan yang baru dan tingkat pengetahuan baru. Kesiapan siswa akan erat hubungannya dengan tingkat perkembangan pemahaman dan prestasi siswa di kelas (achievement).

 

b) Interest (Ketertarikan)/Minat

Ketertarikan merupakan faktor terbesar dari dalam diri seseorang dalam memotivasi untuk belajar. Guru yang bijak akan menghubungkan konten yang dipelajari dengan ketertarikan (interest) dari siswanya. Hal ini akan mempertahankan level perhatian siswa dalam belajar. Ketertarikan dari siswa ini berhubungan dengan semua hal yang siswa suka atau tidak suka dan mengenai hobinya. Interest (Ketertarikan)/Minat adalah kecenderungan individu untuk tertarik pada suatu hal atau aktivitas tertentu. Ketertarikan ini dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti ketertarikan pada bidang studi tertentu, hobi, olahraga, atau jenis pekerjaan tertentu, materi tertentu dalam pembelajaran.

 

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Interest (Ketertarikan)/Minat antara lain:

1.    Pengalaman masa lalu: Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi minat seseorang pada suatu hal atau aktivitas tertentu. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki pengalaman positif dalam belajar matematika cenderung memiliki minat yang tinggi pada bidang tersebut.

2.    Lingkungan: Lingkungan sosial dan budaya juga dapat mempengaruhi minat seseorang. Sebagai contoh, seseorang yang tumbuh di lingkungan yang mendorong untuk menjadi atlet cenderung memiliki minat pada olahraga.

3.    Bakat: Bakat dan kemampuan alami seseorang juga dapat mempengaruhi minatnya pada suatu hal atau aktivitas tertentu. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki bakat dalam seni cenderung memiliki minat pada bidang tersebut.

4.    Nilai: Nilai dan keyakinan seseorang juga dapat mempengaruhi minatnya pada suatu hal atau aktivitas tertentu. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki nilai keadilan dan kepedulian sosial cenderung memiliki minat pada bidang sosial dan kemanusiaan (Sadriman: 2016).

 

Manfaat Interest (Ketertarikan)/Minat yang Tinggi antara lain Seseorang yang memiliki Interest yang tinggi cenderung memiliki beberapa manfaat, seperti:

1.    Motivasi yang tinggi: Seseorang yang memiliki minat yang tinggi pada suatu hal atau aktivitas tertentu cenderung memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar dan mengembangkan diri dalam bidang tersebut.

2.    Pencapaian yang lebih baik: Seseorang yang memiliki minat yang tinggi pada suatu bidang cenderung memiliki kemampuan yang lebih baik dalam bidang tersebut dan dapat mencapai hasil yang lebih baik.

3.    Kepuasan diri: Seseorang yang memiliki minat yang tinggi pada suatu hal atau aktivitas tertentu cenderung merasa lebih puas dengan diri sendiri dan hidupnya.

4.    Karir yang sukses: Seseorang yang memiliki minat yang tinggi pada suatu bidang cenderung memiliki kesempatan yang lebih baik untuk sukses dalam karir yang berkaitan dengan bidang tersebut (Sadriman: 2016).

 

Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Interest (Ketertarikan)/Minat antara lain:

1.    Eksplorasi: Mencoba berbagai hal baru dan mengeksplorasi berbagai

2.    bidang dapat membantu menemukan minat yang baru.

3.    Meningkatkan kemampuan: Meningkatkan kemampuan dalam suatu bidang tertentu dapat membantu meningkatkan minat pada bidang tersebut.

4.    Menemukan nilai: Menemukan nilai atau makna dalam suatu hal atau

5.    aktivitas tertentu dapat membantu meningkatkan minat pada hal tersebut.

6.    Menjalin hubungan: Menjalin hubungan dengan orang-orang yang memilikiminat yang sama dapat membantu meningkatkan minat pada suatu bidang (Sadriman: 2016).

 

c) Learning profile (Profil belajar)/Gaya Belajar

Profil belajar merujuk pada karakteristik dan preferensi belajar individu. Ini mencakup preferensi gaya belajar, kekuatan, kelemahan, strategi pembelajaran yang efektif, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi bagaimana seseorang belajar dan menyerap informasi. Profil belajar dapat membantu individu dan pendidik memahami cara terbaik untuk memfasilitasi pembelajaran yang efektif.

 

Berikut adalah beberapa komponen yang umumnya ada dalam profil belajar:

1.    Gaya Belajar: Merujuk pada preferensi individu dalam memperoleh dan mengolah informasi. Beberapa gaya belajar yang umum meliputi visual (belajar melalui gambar atau grafik), auditori (belajar melalui pendengaran), dan kinestetik (belajar melalui pengalaman fisik). Individu dapat memiliki preferensi tunggal atau kombinasi gaya belajar.

 

2.    Kekuatan Belajar: Merupakan area atau subjek di mana individu menunjukkan kemampuan atau kecakapan yang tinggi. Misalnya, seseorang mungkin memiliki kekuatan dalam pemecahan masalah matematika, keterampilan berbahasa, atau kemampuan artistik.

 

3.    Kelemahan Belajar: Merupakan area atau subjek yang mungkin menjadi tantangan bagi individu dalam memahami atau menguasai. Identifikasi kelemahan belajar dapat membantu dalam mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dan memberikan dukungan tambahan yang dibutuhkan.

 

4.    Strategi Pembelajaran: Merupakan pendekatan atau metode yang efektif bagi individu dalam mempelajari materi baru. Ini bisa mencakup penggunaan alat bantu visual, pengulangan materi, diskusi kelompok, atau teknik pengingatan lainnya. Mengetahui strategi pembelajaran yang efektif dapat membantu seseorang mengoptimalkan proses belajar mereka.

 

5.    Preferensi Lingkungan Belajar: Merupakan preferensi individu terhadap kondisi lingkungan yang mendukung pembelajaran mereka. Beberapa orang mungkin lebih baik belajar di lingkungan yang tenang dan terstruktur, sementara yang lain mungkin lebih memilih lingkungan yang berisik atau lebih terlibat secara fisik.

 

6.    Motivasi Belajar: Merujuk pada faktor-faktor intrinsik dan ekstrinsik yang mendorong seseorang untuk belajar. Motivasi belajar dapat dipengaruhi oleh minat pribadi, tujuan yang jelas, penghargaan, dan dukungan sosial.

 

Profil belajar individu dapat dikembangkan melalui pengamatan, refleksi pribadi, atau menggunakan instrumen tes gaya belajar dan metode evaluasi lainnya. Dengan memahami profil belajar seseorang, pendidik dapat merancang strategi pembelajaran yang sesuai dan memberikan dukungan yang tepat bagi individu tersebut.

 

Adapun dalam profil belajar siswa akan dihubungkan pula dengan faktor sosial/emosi yaitu mengenai bahasa, budaya, kesehatan, kenyataan dalam keluarga, dan kekhususan lainnya. Selain itu learning profile juga berhubungan dengan gaya belajar (learning style) seseorang. Profil pelajar dapat dibentuk salah satunya melalui Tes Gaya belajar. Tes ini merupakan cara/jalan bagaimana siswa tersebut bisa belajar dengan baik. Beberapa siswa mungkin akan lebih bagus belajar dengan cara diskusi dengan teman sebayanya, tetapi ada juga sebagian siswa yang lebih bagus belajar sendiri. Ada siswa yang belajar dari beberapa bagian dari tema tetapi ada pula yang menganalisanya. Guru harus jeli dalam memahami gaya belajar setiap siswanya. Setelah dilakukan asesmen seperti pada tabel di atas kemudian baru membuat design atau perencanaan pengalaman belajar berdasarkan dari pemahaman murid, memperhitungkan produk/hasil belajar yang akan dibuat atau membuat asesmen akhir sebagai final untuk mengetahui kesuksesan siswa dalam belajar.

 

Ada beberapa yang memiliki gaya belajar pada siswa kita, antara lain:

1) Visual (melihat gambar, membaca)

Visual merupakan sesuatu yang disajikan dalam bentuk media berupa gambar dengan memanfaatkan indera penglihatan sebagai alat penerjemah. Dengan memaparkan visualisasi materi dalam bentuk gambar, diagram, grafik dan bahkan mindmap, akan lebih mudah bagi seseorang dengan tipikal visual untuk menganalisis dan memahami isi materi. Tips untuk mengajar siswa tipe visual antara lain:

·          Gunakan simbol-simbol dalam memberikan konsep pada siswa misal, memakai titik, gambar, dll

·          Dorong siswa untuk menguatkan konsepnya dengan menggunakan simbol/warna.

·          Gunakan salinan kata kunci yang dibagikan kepada siswa, selanjutnya siswa mendefinisikan dengan bahasanya sendiri.

·          Gunakan gambar berwarna, grafik, tabel sebagai media pembelajaran

·          Pergunakan setiap gambar/tulisan/benda di dalam kelas sebagai sumber pembelajaran

 

2) Auditory (mendengarkan ceramah atau diskusi)

Auditory atau dikenal juga dengan istilah Audio, penyajian suatu media berupa perantara suara dengan mengandalkan indra pendengar sebagai penerima informasi. Tipikal audio cenderung mengandalkan pendengaran ketika belajar dan memahami suatu materi yang disampaikan hanya dengan mendengar pemaparan materi terkait, serta lebih banyak berdiskusi untuk pemecahan suatu masalah. Tips untuk mengajar siswa tipe Auditory

·          Variasikan vokal saat memberikan penjelasan, seperti intonasi, volume suara, ataupun kecepatannya.

·          Gunakan pengulangan-pengulangan konsep yang sudah diberikan (jelaskan berulang-ulang)

·          Tutor sebaya

·          Sekali-kali, ubahlah konsep materi ajar ke dalam bentuk percakapan, pendikten, diskusi, atau rekaman audio yang bisa didengar siswa

·          Selingi dengan musik

 

3) Kinestetik (bergerak)

Tipikal kinestetik banyak mengandalkan gerakan untuk menggambarkan sesuatu agar lebih mudah dipahami. Dikenal dengan istilah learning by doing, cara belajar seseorang dengan tipikal kinestetik, akan lebih banyak melakukan praktik secara langsung dengan menggunakan seluruh tubuh atau fisiknya seperti latihan di depan kaca untuk menguasai materi public speaking dan melakukan uji laboratorium untuk pendalaman teori.

Lantas, apa upaya yang bisa dilakukan guru untuk mengoptimalkan potensi belajar yang berbeda-beda ini? Berikut beberapa tips secara umum untuk setiap tipe pembelajar yang telah dipaparkan di atas. Tips untuk mengajar siswa tipe kinestetik

·          Gunakan selalu alat bantu visual/alat peraga/media yang bisa dilihat, diraba, dimanipulasi siswa saat mereka belajar agar merangsang rasa ingin tahu siswa

·          Saat membimbing secara perorangan biasakan berdiri/duduk di samping siswa

·          Buat aturan main agar siswa boleh melakukan banyak gerak di dalam kelas

·          Peragakan konsep secara demonstratif, sambil siswa memahaminya secara bertahap

·          Biasakan berbicara kepada setiap siswa secara pribadi saat di dalam kelas

·          Gunakan drama/simulasi konsep secara konkret

 

Multiple intelegances juga berhubungan dengan learning profile ini, yang sesuai dengan yang diungkapkan oleh Howard Gardner. Menurut Howard Gardner ada 8 intelegensi yaitu logic-matematis, linguistik, musikal, spasial, bodily-kinesthetic, interpersonal, intrapersonal dan naturalis. Teori ini akan membantu dalam mengadaptasikan pengajaran kepada siswa, selain itu guru juga harus mengetahui learning profile atau gaya belajar dari masing-masing siswanya.

 

Bagaimana Mengembangakan Instrumen Asesmen Awal Pembelajaran ? Asesmen awal dalam konteks pembelajaran biasanya dilakukan untuk mengukur pemahaman dan keterampilan siswa dalam suatu subjek atau bidang tertentu. Perencanaan asesmen awal pembelajaran dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik, dan hasilnya digunakan untuk merancang pembelajaran yang sesuai dengan tahap capaian peserta didik. Pendidik juga harus memastikan tujuan pembelajaran sudah sesuai dengan tahapan dan kebutuhan peserta didik (Direktur KSKK Madrasah 2022). Pendidik memiliki keleluasaan menggunakan berbagai teknik dan instrumen dengan mempertimbangkan:

·          Karakteristik mata pelajaran;

·          Karakteristik dan kemampuan peserta didik;

·          Capaian pembelajaran;

·          Tujuan pembelajaran,

·          Sumber daya pendukung yang tersedia (Direktur KSKK Madrasah 2022).

 

Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengembangkan

a) Merancang Instrumen Kesiapan Belajar

b) Membuat jadwal terkait pelaksanaan Asesmen

c) mengembangkkan kisi- kisi soal

d)Menyusun soal dengan sesuai dengan kisi- kisi soal

e)  Memberikan soal asesmen awal kepada siswa baik daring dirumah maupun luring di sekolah

e)  Diagnosis dan Tindak Lanjut Asesmen. Tahap ini mencakup empat langkah: 1) Lakukan pengolahan hasil asesmen; 2) Berdasarkan hasil penilaian, bagi siswa menjadi 3 kelompok; 3) Lakukan penilaian pembelajaran topik yang sudah diajarkan sebelum memulai topik pembelajaran baru; 4)         Ulangi proses yang sama, sampai siswa mencapai tingkat kompetensi yang diharapkan

f)   Lakukan pengolahan hasil asesmen


Instrumen Ketertarikan/Minat

Minat belajar atau ketertarikan belajar adalah faktor penting dalam motivasi dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Mengukur minat belajar dapat membantu mengidentifikasi topik atau subjek yang menarik bagi individu dan dapat mempengaruhi keberhasilan mereka dalam mencapai tujuan pembelajaran. Meskipun tidak ada instrumen tes standar untuk mengukur minat belajar, ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan:

·          Observasi: Guru atau pengamat dapat memperhatikan perilaku siswa selama pembelajaran untuk melihat tanda-tanda minat atau ketertarikan. Misalnya, siswa yang aktif, antusias, dan berpartisipasi secara aktif dalam diskusi atau kegiatan pembelajaran mungkin menunjukkan minat yang tinggi.

·          Wawancara atau Tanya Jawab: Mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang topik atau subjek tertentu dapat memberikan wawasan tentang minat mereka. Pertanyaan seperti "Apa yang paling menarik bagi Anda tentang topik ini?" atau "Apa yang membuat Anda ingin belajar lebih banyak tentang subjek ini?" dapat membantu menggali minat belajar siswa.

·          Survei atau Kuesioner: Memberikan survei atau kuesioner kepada siswa dengan pertanyaan terkait minat belajar dapat memberikan informasi yang berguna. Survei tersebut dapat mencakup pertanyaan tentang topik atau subjek yang paling menarik bagi siswa, atau tentang kegiatan pembelajaran yang mereka sukai.

·          Self-Assessment: Mendorong siswa untuk merefleksikan minat belajar mereka sendiri juga bisa menjadi pendekatan yang efektif. Siswa dapat diminta untuk menilai minat mereka terhadap berbagai topik atau subjek, atau mereka dapat membuat daftar topik yang ingin mereka pelajari lebih dalam.

 

Penting untuk mengakui bahwa minat belajar dapat berubah seiring waktu. Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pengalaman, perkembangan minat pribadi, dan keberhasilan dalam pembelajaran. Oleh karena itu, penting bagi pendidik untuk terus mendorong minat belajar siswa dengan menyediakan pengalaman pembelajaran yang menarik dan relevan.

 

Pemetaan Kebutuhan Belajar Murid Berdasarkan Kesiapan Belajar, Gaya Belajar, Minat

 

 

 

No

 

 

Penguasaan Materi

Hasil Asesmen Awal

 

 

 

Nama Siswa

Gaya Belajar

Minat

1

Kelompok A siswa

memahami hadas dan Najis, namun belum cakap cara mensucikan-nya

Udin

Intan Budi

Visual

Auditori Kinestetik

Minat pada mempelajari

hadas dan cara mensucikan-nya

Minat pada mempelajari hadas dan cara mensucikannya

2

Kelompok B siswa memahami hadas dan cara mensucikannya, namun belum memahami tentang Najis dan cara mensucikannya

Yana Muslim Arini

Auditori Visual

Minat pada mempelajari hadas dan cara mensucikan-nya

Minat pada mempelajari hadas dan cara mensucikannya

3

Kelompok C siswa telah memahami hadas dan Najis, serta cara mensucikannya

Sulaiman Yahya Widi

Auditori Kinestetik

Minat pada mempelajari hadas dan cara mensucikan-nya

Minat pada mempelajari hadas dan cara mensucikannya

 

Bagaimana Instrumen Profil Belajar/Gaya Belajar ? Mengukur gaya belajar dapat membantu individu memahami preferensi mereka dalam memperoleh dan mengolah informasi. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur gaya belajar seseorang. Berikut ini adalah beberapa metode umum yang digunakan:

 

·          Tes Gaya Belajar: Tes gaya belajar adalah alat evaluasi yang dirancang untuk mengidentifikasi preferensi belajar seseorang. Tes tersebut biasanya terdiri dari serangkaian pertanyaan atau pernyataan yang meminta responden untuk memilih pilihan atau menggambarkan karakteristik belajar yang paling sesuai dengan diri mereka. Setelah mengisi tes, responden akan menerima hasil yang menggambarkan gaya belajar mereka, seperti visual, auditori, atau kinestetik.

 

·          Observasi: Observasi langsung oleh guru atau peneliti dapat memberikan wawasan tentang preferensi belajar individu. Dalam hal ini, pengamat akan memperhatikan perilaku dan respons siswa terhadap situasi pembelajaran tertentu. Misalnya, apakah siswa lebih sering mengambil catatan tulisan (visual), mendengarkan dengan seksama (auditori), atau terlibat dalam kegiatan fisik (kinestetik).

 

·          Refleksi Diri: Mengajak individu untuk merefleksikan preferensi dan pengalaman belajar mereka sendiri juga dapat memberikan wawasan tentang gaya belajar mereka. Siswa dapat diminta untuk mengingat situasi pembelajaran di masa lalu dan mempertimbangkan apa yang paling efektif bagi mereka. Mereka juga dapat mempertimbangkan preferensi mereka dalam menggunakan alat belajar tertentu, seperti gambar, diagram, rekaman audio, atau diskusi kelompok.

 

·          Kuesioner atau Angket: Metode ini melibatkan pemberian pertanyaan tertulis kepada individu untuk menilai preferensi belajar mereka. Kuesioner dapat mencakup pertanyaan tentang preferensi belajar visual, auditori, kinestetik, serta pertanyaan lain yang terkait dengan kecenderungan belajar individu.

 

Penting untuk diingat bahwa gaya belajar bukanlah kategori yang terpisah dan eksklusif. Banyak orang memiliki preferensi yang beragam dan menggabungkan beberapa gaya belajar. Oleh karena itu, penting untuk mengambil pendekatan yang holistik dalam memahami preferensi belajar individu dan mempertimbangkan variasi dalam strategi pembelajaran. Ada beberapa instrumen tes gaya belajar yang telah dikembangkan oleh para peneliti dan ahli pendidikan.

 

Berikut adalah beberapa instrumen yang umum digunakan:

·          VARK (Visual, Auditory, Reading/Writing, Kinesthetic): VARK adalah salah satu tes gaya belajar yang populer. Tes ini mengidentifikasi preferensi belajar seseorang berdasarkan empat tipe utama: visual, auditori, membaca/tulis, dan kinestetik. Tes VARK dapat diakses secara online dan terdiri dari serangkaian pertanyaan yang mengarah pada preferensi belajar individu.

 

·          Index of Learning Styles (ILS): ILS dikembangkan oleh Richard Felder dan Linda Silverman. Tes ini mengidentifikasi preferensi belajar individu dalam empat dimensi: pemrosesan informasi (sensasi/intuisi), penerimaan informasi (visual/auditori), pengorganisasian informasi (sekuensial/global), dan lingkungan belajar (visual/auditori/kinestetik).


·          Kolb's Learning Style Inventory (LSI): LSI dikembangkan oleh David Kolb. Tes ini berdasarkan teori belajar siklus pengalaman belajar (learning cycle) yang melibatkan empat tahap: konkrit, refleksi, konseptualisasi, dan eksperimen. Tes ini mengklasifikasikan individu ke dalam salah satu dari empat gaya belajar: konvergen, divergen, asimilasi, dan akomodasi.

 

·          Honey and Mumford Learning Styles Questionnaire: Tes ini didasarkan pada kerangka konsep belajar yang dikembangkan oleh Peter Honey dan Alan Mumford. Tes ini mengidentifikasi preferensi belajar individu dalam empat tipe: aktivis (aktif terlibat), reflektif (memikirkan secara mendalam), teoritis (menganalisis konsep), dan pragmatis (mencoba ide dalam praktik).

 

 

Gaya belajar seseorang mungkin tidak terbatas pada satu jenis saja, dan kombinasi gaya belajar juga bisa terjadi. Hasil tes hanya sebagai panduan dan saran, dan individu harus tetap terbuka untuk mencoba berbagai metode pembelajaran untuk menemukan apa yang paling efektif bagi mereka. Oleh karena itu perlu kita memahami berbagai cara untuk mengetahui gaya belajar siswa

 

Salah satu yang dapat kita gunakan adalah instrumen tes gaya belajar VARK (Visual, Auditory, Read/Write & Kinesthetic). Tes ini merupakan tipe- tipe belajar secara efektif yang dilakukan kebanyakan orang dalam mendalami pemahaman materi pelajaran. Karena tentunya belajar yang efektif akan membantu memudahkan seseorang dalam memahami materi yang disampaikan dengan menerapkan cara belajar tersendiri seperti mendengar penjelasan materi, melihat gambar, membaca dan merangkum jadi tulisan bahkan peragaan langsung.

 

Kebanyakan orang mungkin hanya terbiasa dengan sebagian dari tipe belajar efektif yang ada. Namun, tidak menutup kemungkinan seseorang mampu menerapkan semua tipe belajar VARK tersebut dengan maksud pemahaman agar lebih dalam. Ada berbagai cara untuk mengenali gaya belajar siswa, yaitu dengan pengamatan langsung, observasi secara mendetail, atau dengan memberikan angket kepada siswa tetapi untuk kelas tinggi saja. Observasi secara mendetail terhadap siswa bisa dilakukan dengan melalui penggunaan berbagai metode pembelajaran di kelas. Hal lain bisa dilakukan dengan tes secara online.


Bagaimana Langkah-Langkah Melaksanakan Asesmen Awal ? Di bawah ini akan dijelaskan beberapa contoh dalam melakukan asesmen, bisa dalam bentuk format asesmen dan juga aktivitas dalam bentuk dokumen maupun aplikasi secara online.

1. Pelaksanaan

Memberikan soal asesmen awal kepada siswa baik daring dirumah maupun luring di sekolah

2. Tindak Lanjut

1) Melakukan Diagnosis Penilaian hasil asesmen

2) Berdasarkan hasil diagnosis penilaian, siswa dikelompokkan menjadi 3 kelompok:

a) Siswa dengan rata-rata kelas akan diajar oleh guru

b) Siswa 1 semester dibawah rata-rata mendapat pelajaran tambahan dari guru dan

c) Siswa 2 semester dibawah rata-rata akan dititipkan ke guru kelas bawah yang didampingi orangtua

3) Mengulangi proses asesmen awal secara berkala

 

Tindak Lanjut Hasil Asesmen Awal dalam Pembelajaran Berdiferensiasi Berdasarkan hasil asesmen di awal pembelajaran, pendidik perlu berupaya untuk menyesuaikan strategi pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik. Bapak Ibu silahkan membaca materi terkait pembelajaran berdefresiasi pada materi LK 4. Namun demikian, bagi sebagian pendidik melakukan pembelajaran terdiferensiasi bukanlah hal yang sederhana untuk dilakukan. Sebagian pendidik mengalami tantangan karena keterbatasan waktu untuk merancang pembelajaran yang berbeda-beda berdasarkan kebutuhan individu peserta didik. Sebagian yang lain mengalami kesulitan untuk mengelompokkan peserta didik berdasarkan kesiapan karena jumlah peserta didik yang banyak dan ruangan kelas yang terbatas. Memahami adanya tantangan-tantangan tersebut, maka pendidik sebaiknya menyesuaikan dengan kesiapan pendidik serta kondisi yang dihadapi pendidik.

 

Pendidik dan satuan pendidikan dapat memilih strategi pembelajaran sesuai dengan tahap capaian peserta didik dari tiga alternatif pilihan di atas maupun merancang sendiri pendekatan yang akan digunakannya. Namun demikian, hal penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan pembelajaran terdiferensiasi menurut kesiapan peserta didik tersebut adalah bahwa pengelompokan peserta didik berdasarkan capaian atau hasil asesmen tidak mengarah pada terbentuknya persepsi tentang pengkategorian peserta didik ke dalam kelompok yang “pintar” dan tidak.

 

Terbentuknya kelompok “unggulan” hingga kelompok yang dinilai paling rendah kemampuannya dapat menyebabkan diskriminasi terhadap peserta didik. Mereka yang ditempatkan pada kelompok yang paling marginal akan cenderung menilai diri mereka sebagai individu yang tidak memiliki kemampuan untuk belajar sebagaimana temantemannya yang lain. Demikian pula pendidik sering tanpa sadar memiliki harapan atau ekspektasi yang rendah terhadap peserta didik yang sudah dianggap kurang berbakat atau kurang mampu secara akademik. Akibatnya, mereka akan terus terpinggirkan. Untuk menghindari dampak negatif sebagaimana dijelaskan di atas.

 

Setelah ini dilakukan baru kita bisa mendesain atau merancang pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa atau dikenal dengan “Pembelajaran Differensiasi”. Karena tanpa ini kita tidak akan dapat menyesuaikan pembelajaran kita dengan kebutuhan siswa yang beraneka ragam dalam satu kelas. Menurut Gregory dan Chapman (2007:2) mengungkapkan hal-hal yang mendukung pandangan atau filosofi mengenai pembelajaran diferensiasi adalah sebagai berikut.

·          Semua siswa pada dasarnya memiliki kekuatan dalam bidang-bidang tertentu.

·          Semua siswa memiliki bidang yang butuh untuk dikuatkan.

·          Setiap otak siswa adalah unik seperti suatu sidik jari (fingerprint).

·          Tidak ada kata terlambat untuk belajar.

·          Ketika memulai suatu topik yang baru, siswa membawa dasar pengetahuan mereka sebelumnya dan pengalaman dalam belajar.

·          Emosi, perasaan, dan sikap berpengaruh pada belajar.

·          Semua siswa dapat belajar.

·          Siswa-siswa belajar dengan cara yang berbeda-beda pada waktu yang berbeda-beda pula.


Proses pelaksanaan DI (Differentiated of instruction), yaitu dengan terlebih dahulu guru melakukan (assessment) awal atau mengadakan (pre-test) dengan tujuan mengetahui sejauh mana kemampuan dari masing-masing siswa, sehingga guru bisa merencanakan untuk mendesain dan memodifikasi kurikulum berdasarkan tingkat kesiapan siswa, interest atau ketertarikan siswa, gaya belajar serta pengetahuan yang sudah didapat siswa sebelumnya (Prior Knowledge). Masing-masing siswa akan mendapatkan pencapaian standar yang berbeda- beda. Hal ini sangat penting dilakukan oleh guru, karena dengan cara ini guru bisa mengetahui tingkat kemampuan siswa.

 

Adapun tingkat dari kemampuan belajar (Level of Learning) dari setiap siswa dibedakan menjadi tiga, antara lain sebagai berikut.

·          Independent Level (tingkat mandiri)

Siswa pada tingkatan ini tidak memerlukan bantuan dan bisa mengerjakan tugas secara mandiri.

·          Instructional Level (tingkat pemberian perintah)

Siswa pada tingkatan ini memerlukan bimbingan dalam memahami suatu konsep dan memerlukan bantuan dalam mengerjakan tugas.

·          Frustration Level (tingkat frustasi)

Pada tingkatan ini siswa sangat kesulitan dalam mengikuti pelajaran dikarenakan karena belum matangnya konsep-konsep dasar serta pengetahuan yang dimiliki sehingga siswa akan mudah menyerah dan frustasi dalam mengerjakan tugas.

 

Menurut (Karten, 2005:60-61), pada dasarnya semua siswa itu belajar, tetapi mereka mempunyai kemampuan yang berbeda-beda di dalam kelas yang sama. Seorang guru harus teliti dan menyadari tingkat kemampuan dari masing-masing anak sebelum memberikan suatu instruksi. Dengan melakukan asesmen ketiga hal tersebut di atas, guru akan mengetahui tingkat pemahaman murid, pengetahuan yang mereka miliki sehingga akan menjadi modal guru dalam merancang pembelajaran di kelas berdasarkan tingkat kesiapan, serta dalam memberikan tugas disesuaikan dengan ketertarikan dan profil belajar anak.

 

Kita harus ingat bahwa setiap apa yang dilakukan murid merupakan sumber potensi informasi mengenai pemahaman dan keterampilan yang mereka pahami, yang harus kita perhatikan. Dalam memberikan asesmen, format asesmen adalah sederhana dan menegaskan apa yang ingin kita ketahui mengenai apa yang murid pahami. Dalam melakukan asesmen terkadang guru juga harus melakukan berbagai strategi dan tidak harus dalam bentuk individual tetapi bisa juga dengan melakuka berbagai aktivitas.

 

Demikian pembahasan tentang Pengertian,Tujuan dan Instrumen Asesmen Awal Pembelajaran. Semoga ada manfaatnya




= Baca Juga =


1 komentar:

  1. Terima kasih telah memberikan informasi yang sangat bermanfaat bagi Kami. Mudah-mudahan admin selalu diberikan kesehatan dan rizkin yang berlimpah. Amiin Inysa Allah juara 1.

    BalasHapus

Gambar tema oleh mammamaart. Diberdayakan oleh Blogger.
Back to Top